Sejarah Stadion Mandala Jayapura , Siap Ukir Sejarah Demi Harkat Martabat PAPUA

Written By Admin on 8 Apr 2011 | 12.07


Mungkin karena Persipura lolos ke Liga Champion Asia(LCA) 2009-2010 sehingga Pemerintah Provinsi Papua merasa perlu merenovasi kembali Stadion Mandala guna dipakai dalam ajang sepakbola Internasional. Kini impian itu semakin nyata dengan digelarnya sepakbola tingkat AFC di Stadion Mandala.
"Saya kira semua fasilitas sudah lengkap dan pertandingan sepakbola bisa dimainkan,” papar Jansen Monim Kepala Dinas PU Provinsi Papua. Dia menambahkan stadion ini menjadi kebanggaan dan milik semua masyarakat di Tanah Papua baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.
“Saya kira selama dia masih menjadi orang Papua, berhak memakai Lapangan Mandala asalkan klub-klub tersebut sesuai kriteria. Kalau Perseman dan Persiram lolos ke ISL dan ikut AFC mengapa tidak menggunakan Lapangan Mandala karena Stadion Mandala dibangun dengan dana APBD,” tutur Jansen Monim.
Dia juga mengaku senang jika seluruh pekerjaan renovasi Stadion Mandala bisa rampung lebih cepat sesuai waktu yang ditentukan. Giant screen sendiri diberi waktu sampai tanggal 7 April tetapi bisa selesai pada 31 Maret dan akan dilakukan ujicoba pada 3 April nanti.
Stadion Mandala sendiri sejak jaman Belanda disebut Lapangan Sepakbola Dok V dan sangat jarang dipakai untuk pertandingan dan kompetisi. Saat itu kompetisi sepakbola Liga Hollandia Bond lebih banyak menggunakan Lapangan Bergendal atau Lapangan Argapura milik klub PSK Kajoe Pulau dan Lapangan Hollandia Binnen (sekarang Lapangan Trikora).
Lapangan Mandala waktu itu berfungsi ganda, terkadang dipakai untuk Lapangan Upacara Bendera, atau mungkin pula untuk ibadah syukur termasuk Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Bahkan saat masih dalam renovasi baru-baru ini dipakai pula untuk ibadah syukur Hari Injil Masuk ke Tanah Papua 5 Februari 2011.
Sekitar 1950 hingga memasuki awal 1960 an, di Kota Hollandia, kini Kota Jayapura, terdapat dua perserikatan atau liga sepakbola. Pertama yang disebut Voetbalbond Hollandia en Omstreken(VHO), Perserikatan Sepakbola Hollandia sekitarnya. Kedua disebut Voetbal Bond Hollandia(VBH).
Pemain-pemain VHO umumnya orang-orang Belanda atau orang-orang Asia asal Hindia Belanda seperti dari Maluku Selatan. Sedangkan klub VBH lebih banyak didukung oleh kesebelasan-kesebelasan orang Papua dari Hollandia sekitarnya. Memang tidak ada garis pembatas yang jelas terhadap asal usul pemain dalam kedua liga tersebut di atas. Ada pula pemain Papua yang bermain dalam Liga VHO dan ada pemain Belanda juga yang bermain di Liga VBH.
Klub-klub Liga ini bermain pada lima lapangan sepak bola di Hollandia sekarang Kota Jayapura antara lain. Pertama, lapangan Berg en Dal, yang dikelola keluarga Strijder, sekarang Lapangan Argapura, milik klub Pesatuan Sepakbola Kajoe Pulo(PSK). Kedua Lapangan Hamadi, sekarang milik klub sepakbola Hamadi Putra. Ketiga Lapangan Kotabaru atau Hollandia Binnen, sekarang Abepura atau Lapangan Trikora milik Pemerintah Kota(Pemkot) Jayapura.
Keempat Lapangan Sentani, dipakai untuk memutar roda kompetisi antar Kampung di wilayah Danau Sentani. Kelima Lapangan Dok V yang sekarang dikenal Stadion Mandala Jayapura, markas besar Persipura Jayapura dan Cenderawasih Papua FC.
Kembalinya Papua ke dalam bingkai NKRI, membuat kompetisi sepakbola nyaris mati alias tak berjalan sama sekali. Inisiatif Pdt Mesak Koibur dan kawan-kawan mulai kembali membangun Persipura Jayapura pada 25 Mei 1965 dan menggagas kompetisi antar klub Persipura di Jayapura. Adapun klub-klub yang ikut meramaikan kompetisi berasa dari Klub Apuse mayarakat Biak Numfor di Jayapura , Klub Yawa milik masyarakat Yapen Waropen, Klub Merapura yang terdiri dari masyarakat asal Merauke di Jayapura, klub POS dari masyarakat Utara Papua termasuk klub-klub lokal Jayapura, PSK Kajoe Pulau, Klub Yoka, Klub Nafri dan Klub Tobati dan Injros.
Kompetisi antar klub di Jayapura lebih sering diputar di Lapangan Argapura karena lapangan ini agak tertutup dan sulit bagi penonton masuk kalau tidak memiliki karcis. Lapangan Argapura dikelilingi tanaman sagu dan terletak di Lembah Argapura sehingga tak bisa dijangkau penonton. Penonton hanya bisa masuk lewat satu pintu saja dan pengontrolan karcis sangat bagus dan panitia pelaksana merasa lebih untung jika bermain di Lapangan Argapura.
Lapangan Argapura sudah mulai jarang digunakan sejak mendiang Pangdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI AD Acub Zainal memulai tugasnya di Papua. Sewaktu menjadi Pangdam XVII Cenderawasih 1970-1973 beliau diberi tugas merenovasi Gelora Mandala. Stadion Mandala ini pertama kali direnovasi oleh mantan Pangdam XVII Cenderawasih ini pada tahun 1972-1973. Stadion Mandala dibongkar total, termasuk membuat jalur pembuangan air jika terjadi hujan. Rumput Stadion Mandala pun mulai ditanam hingga tumbuh dan kelihatan menarik sebagai salah satu Stadion kebanggaan masyarakat Irian Jaya.
Setelah renovasi selesai pada tanggal18 Januari 1973, Menteri Ekuin dan juga Ketua KONI Pusat Sri Sultan Hamengku Buwana IX meresmikan stadion Gelora Mandala. Selanjutnya Acub Zainal menyerahkan Stadion Mandala kepada Pemerintah Provinsi Irian Jaya yang diterima langsung oleh mendiang Gubernur Irian Jaya Frans Kaisiepo.
Kemudian Acub Zainal menggagas pertandingan sepakbola antar Kabupaten di Provinsi Irian Jaya untuk memperebutkan Piala Acub Zainal atau lebih populer dengan sebutan Acub Zainal Cup. Laga Acub Zainal Cup diikuti oleh Kabupaten Jayapura dengan Persipura, Kabupaten Biak Numfor dengan PSBS, Kabupaten Jayawijaya dengan Persiwa, Kabupaten Paniai dengan Persinab, Kabupaten Merauke dengan Persimer, Kabupaten Manokwari dengan Perseman, Kabupaten Sorong dengan Persis, Kabupaten Yapen Waropen dengan Perseru dan Kabupaten Fakfak dengan Persifa.
Di antara klub-klub Perserikatan milik setiap Kabupaten hanya Kabupaten Jayapura yang kini melahirkan Persipura dan Persidafon, Persiwa, Perseman, Persiram, Perseru masih bertengger di kompetisi elit. PSBS Biak baru saja masuk ke Divisi Utama PSSI sedangkan Persis Sorong, Persifa, Persinab dan Persimer belum masuk jajaran elit sepakbola di Indonesia. Padahal dalam laga Acub Zainal Cup, Persimer Merauke menundukan Persipura Jayapura dalam laga final di Lapangan Mandala. Persipura dikandaskan Edi Sabenan dan kawan-kawan dari Persimer dengan skor 3-1.
Pasca Acub Zainal Cub, pemain-pemain klub perserikatan di Irian Jaya bergabung menjadi Irian Jaya Selection. Setelah bergabung di Irian Jaya Selection mereka direkrut ke Persipura. Johanes Auri dan Marthin Jopari pemain pilar Perseman ikut bergabung di Persipura. Begitu pula Edi Sabenan dari Persimer Merauke dan Yothan Fonataba, Decky Kewoi dari Persis Sorong.
Sejak Acub Zainal Cup hingga sekarang ini Stadion Mandala telah digunakan sebagai Lapangan bertanding bagi klub-klub elit di Indonesia. Puncaknya pada delapan besar Divisi Utama Wilayah Timur 17 September 2005.
“Ditunjuk sebagai tuan rumah jelas sebagai kebanggan tersendiri bagi masyarakat Papua,” tutur Tommy Mano saat pertama kali menjadi Ketua Panpel Divisi Utama Persipura. Pertandingan delapan besar akan diikuti oleh PSMS Medan, Arema Malang, Persik Kediri. Inilah awal Persipura menjadi Juara Liga Indonesia 2005 dan mengalahkan Persija Jakarta dalam final di Stadion Bung Karno Jakarta dengan skor 3-2.
Kini Stadion Mandala mendapat persetujuan menggelar sepakbola ajang Internasional antara Klub Chonbury asal Thailand dan Klub South China asal Hongkong yang akan bermain di Stadion Mandala. Kapasitas Stadion Mandala sendiri sesuai kursi penonton mampu menampung 12.000 penonton saja.
Mampukah masyarakat pecinta bola di Papua khususnya Kota Jayapura memberikan pelayanan terbaik bagi klub-klub asing yang akan berlaga di Stadion Mandala? Tak tahulah, tetapi yang jelas jika berhasil tentunya dalam putaran kedua Piala AFC tak tertutup kemungkinan Persipura akan menjadi tuan rumah.
Pihak AFC akan memberikan sanksi jika terjadi pelemparan botol sebesar U$ 5000 atau sama dengan Rp 50 juta. Sebelumnya, karena terlambat lima menit masuk bench saat bertanding di laga LCA di Jakarta Persipura didenda sebesar Rp 60 juta. Begitulah resiko masuk ke dalam ajang yang bersifat internasional memiliki banyak persyaratan dan aturan yang sangat ketat. Tak mungkin menghindar lagi, karena Persipura, klub kebanggaan masyarakat Papua ini sudah masuk dalam kancah sepakbola Asia dan juga klub elit Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar